Selesai

apakah sudah selesai kita mengukir kenangan
pula dengan cerita-cerita lalu?

kupikir sebaiknya ada yang dituntaskan
sebelum kita berpihak pada kata usai

ada jurang di sana, entah mengajak mati atau tidak
tapi begitu menakutkan. seakan semua bisa diakhiri
dengan mudah

mungkin hidup adalah rangkaian dari kemungkinan
yang penuh dengan pertanyaan tak dapat terjawab

lantas, sudah selesaikah cerita kita dirawikan?

Asing

Mendadak melewati halaman ini terasa begitu asing
lama tidak ada kabar, lama tidak menulis
ibarat kata, seseorang sedang kembali ke rumah lamanya
namun dia lupa…
sebenarnya seperti apa rumah itu dan keterasingan menyelimutinya

Sama saja,
seperti orang yang lama tidak bertemu
kemudian kaku
membeku
tanpa kata-kata yang beliku

Pandora

Ketika seseorang tahu segalanya dan mencoba untuk menyimpan semua rahasia,
mungkin ia sedang berusaha untuk mempertahankan sesuatu agar tidak lenyap.

Meski ia tahu rahasia itu adalah keburukan, ibarat koreng yang mengeluarkan nanah
namun ia tidak ingin menghilangkan masa depan dan harapan orang lain.

 

Mungkin sayalah kotak pandora itu, kotak yang menyimpan begitu banyak cerita mengenai baik-buruk. Saya menyimpannya dari apa pun, dari siapa pun, di mana pun, dan kapan pun. Jika suatu hari rahasia-rahasia itu terbuka, saya harap bukan saya yang melakukannya. Ini ibarat Ramalan Jayabaya terhadap Insulinde, saya pun mencoba melakukannya.

Dua sisi mata uang adalah ketika kamu harus menegur tentang keburukan itu agar dihentikan tetapi kamu akan kehilangan, atau kamu mendiamkan keburukan itu terus terjadi sampai akhirnya orang-orang tahu.

 

 

PS: saya insafi akhir-akhir ini saya menjadi manusia yang sangat menjemukan dan menjengkelkan, tapi semua ada alasan yang saya simpan sendiri saja. Itu lebih dari kata cukup.

SAM_1659

Yang fana adalah waktu. Kita abadi:
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa.

“Tapi
yang fana adalah waktu, bukan?”
tanyamu. Kita abadi.

– Sapardi Djoko Damono [1978]

Well, I never mentioned about interests

Since mid-May 2013, I have never talked about your interests to me. I did all for you because I wanted to help you. I did everything for you because you are more than my best friend. It is so aching, up to now, when you mentioned “paling lo mikir gue cari lo pas ada butuhnya aja.”

That is why I did not mention about your interests while we were talking last Friday. Your words “paling lo mikir gue cari lo pas ada butuhnya aja” is really hurt me.  However, I never want you know that night. I chose to keep it in my mind. I did not know why you could mention about that. I just clarified my e-mail. And my e-mail never mentioned about interests. Again. Again. And again.

Well, if I said “ya, lo cari gue di saat lo butuh saja”, I never wanted to pick you up to Jakarta, I never wanted to come to your room to repair your luggage, and I never wanted to write it to you.

 

Ciao!

 

PS: I don’t know why I can say our decision is so true for now. Perhaps, something that was arrived to my Line last night has proved it. 🙂